
voteyescleanwaterandjobs.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyusun langkah strategis untuk merevitalisasi produksi garam nasional, dengan menjadikan NTT sebagai sentra unggulan, terutama di Kabupaten Sabu Raijua. Berikut ringkasan rencana dan progresnya:
1. Adopsi Teknologi & Modeling Proyek
- KKP siap mengadopsi teknologi produksi garam modern ala Australia untuk pembangunan sentra pilot plant di NTT; Garam industri di wilayah ini memiliki kandungan NaCl ≥97 %.
- Dibentuknya tim khusus KKP dengan pengajuan anggaran sekitar Rp 2 triliun, yang akan dikerjakan bersama BUMN pangan untuk membangun model dari hulu ke hilir.
2. Ekstensifikasi Lahan Tambak
- Rencana perluasan lahan tambak hingga 500 ha di Sabu Raijua sampai 2027, dimulai tahap modeling 100 ha pada 2025.
- Tujuannya untuk memenuhi 50 % kebutuhan garam industri nasional dan mencapai swasembada konsumsi pada 2025 serta industri pada 2027.
3. Revisi Regulasi & Aliran Manajemen
- KKP tengah merevisi Perpres 126/2022 dan PP 9/2018 agar tata kelola impor garam dan kendali industri dapat disesuaikan dengan strategi ketahanan pangan nasional.
- Kontrol impor akan dipindahkan ke Kemenko Pangan, sementara aspek teknis seperti kualitas dan intervensi hulu tetap dipegang KKP.
4. Pemberdayaan Petambak Lokal
- Sejak 2022, KKP melatih petambak lokal di Kupang melalui program PUGaR, gudang garam rakyat, dan pelatihan peningkatan kualitas garam bersama BRSDM.
- Potensi lahannya sangat besar, mencapai ~10.000 ha di Kupang, namun mengalami penurunan pasca-Badai Seroja; KKP pun memberikan dukungan finansial lewat BLU LPMUKP.
5. Tantangan & Tantangan Biaya Logistik
- Perlu diatasi kendala SDM dan biaya transportasi tinggi dari lokasi tambak NTT ke pusat industri.
- Ekstensifikasi di NTT juga harus dilengkapi monitoring agar garam industri tidak tercampur ke pasar konsumsi.
KKP mengambil langkah terintegrasi dalam lima tahap: adopsi teknologi, persiapan hulu‑hilir, pemberdayaan petambak, revisi regulasi baliprov.org, dan ekspansi lahan. Targetnya ambisius: swasembada garam industri pada 2027 dan konsumsi pada 2025. Meski demikian, keberhasilan implementasi sangat bergantung pada kesiapan SDM lokal, pengelolaan logistik, serta pengawasan distribusi agar kualitas tidak melemah.
Dengan dukungan penuh dari BUMN, alokasi anggaran besar, dan kolaborasi lintas lembaga, tambak garam di NTT berpeluang menjadi game-changer bagi kedaulatan garam nasional.